Pekalongan dikenal dengan kota batik. Bahkan, pengrajin kain batik kota ini mengadu nasib hingga ke kota-kota lain. Salah satunya di Kabupaten Tangerang. Saat ini, belum banyak yang tahu ada produsen kain batik cetak motif Pekalongan di Desa Pasir Ampo, Kecamatan Kresek.
Dalam sehari, salah satu produsen batik cetak di desa tersebut, memproduksi batik cetak motif Pekalongan mencapai 500 lembar. Kain batik cetak ini dijual ke Pasar Tanah Abang, Jakarta. Harga jualnya tergantung ukuran kain batik. Tiga motif batik cetak unggulannya yakni, pelangi, kriwilan dan celepan naptol.
Sinyo Siregar, pemilik rumah produksi kain batik cetak motif Pekalongan mengatakan, memproduksi sejumlah ukuran kain batik. Diantaranya, ukuran panjang 2,60 meter dengan lebar 90 centimeter. Dan, panjang 3,30 meter dengan lebar yang sama.
“Harganya kisaran Rp900 ribu sampai Rp950 ribu per kodi. Satu kodinya berisi 20 lembar kain. Pelanggan saya banyak di Pasar Tanah Abang,” jelas Sinyo, kepada Tangerang Ekspres, di tempat usahanya di Kampung Pandalakan, RT 14 RW 01, Desa Pasir Ampo, Senin (14/10).
Sinyo mengaku, sudah menjalankan usaha batik di Desa Pasir Ampo sejak 2015. Sekarang, dia dibantu sekitar 30 pekerja untuk menjalankan usahanya. Bekerja Mulai Pukul 08.30 WIB sampai 16.00 WIB.
Pria asli Pekalongan ini memaparkan, adapun proses produksi kain batik cetak motif Pekalongan meliputi, proses pemotongan bahan baku kain. “Ukuran potongan sesuai pesanan,” jelasnya. Kemudian, kain yang sudah terpotong diberikan motif menggunakan alat cetak motif.
Setelah itu, kain diberikan warna dasar. Berikut, kain diberikan pewarna dengan cara dicelupkan ke dalam air pewarna. Lalu, kain direbus. Setelah direbus, kain diangkat untuk dijemur dibawah sinar matahari. Terakhir, barulah proses pelipatan dan pengepakan.
Sementara itu, Rahmat, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pasir Ampo mengatakan, kegiatan usaha batik cetak motif Pekalongan salah satu potensi di desanya. Dengan kegiatan tersebut, dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga desa.
“Selain kegiatan usaha itu, masih ada lagi kegiatan usaha seperti, membuat kulit lumpia, keset, tahu putih dan lain-lain. Hanya saja yang paling jarang ditemui di desa lain adalah kegiatan usaha produksi kain batik cetak asli Pekalongan,” ujarnya.
Menurut Rahmat, seiring semakin bertambah jumlah penduduk, maka kegiatan usaha rumahan yang ada di Desa Pasir Ampo, setidaknya dapat menampung tenaga kerja lokal.
Kedepan, pihaknya juga ingin berusaha melakukan inovasi desa. “Sebab kalau inovasi itu, yang tadinya engga ada jadi ada. Terus harus produktif. Nanti kami akan coba musyawarahkan lagi kira-kira inovasi apa yang cocok untuk desa kami,” pungkasnya.